Nasi Basi

Sinar matahari siang itu serasa menyekat tenggorokanku,aku mencoba bertahan dengan nafas yang tak lagi berasa ini. Melangkah perlahan menseimbangkan jalan ku yang sudah lama tidak normal, ya, karena ibu ku, yang sudah lama almarhum dan tidak bertanggungjawab , ya jelas! Melahirkan ku didunia penuh kemunafikan dan sensara ini lalu menelantarkan ku begitu saja setelah ia menghembuskan nafas terakhirnya,arkh! Semua salah nya, aku tidak minta dilahirkan! Apalagi dengan keadaan cacat seumur hidup yang harus ku terima, pincang! Sangat memalukan bukan? Waktu itu aku  berusia 7 tahun, aku dijadikan budak oleh para preman pasar dekat ‘rumah’ kardusku, itulah mulanya aku menjalani hidup yang kejam ini!
         
Hampir setiap hari aku harus meminta-minta dengan mempertontonkan luka bakar dan memar di tangan serta wajahku,  tapi ini bukan dibuat-buat semata untuk mencari belas kasihan dari kalian, bukan! Luka itu nyata, menyayat dan perih, ini semua adalah perilaku preman pasar sebagai sarapan ku setiap paginya, jelas saja aku tidak bisa membela diri! Pincang! Sakit dan tak berdaya, aku merasa makhluk paling terkutuk didunia ini. Akhirnay tadi malam, entah suara apa yang membangunkan ku, suara yang terdengar lantang dan membuat aku merinding, seperti seruan yang wajib, mendayu-dayu dalam ketegasan, sebentar.... aku akan mencoba menginggatnya, hmmmm... yaa, suaranya seperti ini “allahuakbar allahuakbar!...” seingat ku syairnya panjang, berirama dan anehnya berkumandang diwaktu semua orang terlelap dalam mimpi indahnya. Aku bangun, menatap preman-preman pasar itu mereka seperti sedang berada dalam khayalan tingkat tinggi, tak bergerak sementara botol-botol miras berserakan dikaki-kaki mereka. angin yang semilir terasa sepoi seiring dengkuran yang memekakkan telinga ku,seketika berkelebat sebuah pikiran yang selama ini tak pernah aku lakukan; LARI! Lari dari mereka! Bebas! Aku ingin terbebas dari mereka, tanpa berfikir lebih panjang lagi aku bangun dengan perlahan, tidak memikirkan kepincangan yang aku alami, tujuan ku hanya satu; BEBAS DARI MEREKA!.

           
Sekarang, akibat ‘lari’ terlalu jauh, aku mulai kelelahan, aku tidak tahu tempat ini, karena aku tak pernah pergi sejauh ini.tempat yang serasa teduh dan banyak penghijauan, Aku melihat beberapa orang  memakai topi sawah lalu-lalang, ada yang memikul kayu, ada juga yang menggendong anak kecil, mereka semua tersenyum kearahku, seketika darah ku berdesir, aku haru... selama ini tidak seorang pun tersenyum kepada ku, tidak juga orang-orang pasar yang setiap hari melihatku meminta-minta, mereka (orang-orang pasar) seakan punya dunia sendiri, tak pernah melihat ku, apalagi tersenyum, preman-preman itu? Jangan kalian tanya! Mereka hanya tersenyum setelah merenggut uang hasil ngemis,tepatnya tersenyum pada uang, padahal uang itu hanya kertas berangka yang bisa hilang fungsinya apabila aku hanya merobeknya, sungguh dunia ini gila!         

Tiba-tiba perutku sakit, aku lapar!seketika tubuhku bergetar, keronkongan ku kerontang, hanya menelan liur yang serasa masam, aku mencoba bangkit, berjalan lagi hingga menyusuri 

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item